Membeli Waktu Satu Jam Saja

Ceritanya suatu ketika terjadi kejadian yang cukup mengharukan. Namun sedikit mengundang tawa, jadi ceritanya ada seorang ayah yang baru pulang dari kesibukan setiap harinya. Ayah seorang pekerja yang berangkat setiap pagi dan pulang sore, terkadang pulang malam.
Suatu hari ayah pulang pukul 20.00 malam, ketika sampai di depan rumahnya, anaknya yang berusia 6 tahun sedang menunggu di ruang tamu, sambil melakukan hobinya yaitu menggambar.
Ayah pun mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, mendengar itu ucapan salam dan ketukan pintu, sang anak pun langsung berlari menuju pintu sambil menjawab salam ayahnya, kemudian membukakan pintu. Saat itupun terjadi dialog antara ayah dan anak.
Ayah: “Kok ade belum tidur?” Ade ngga boleh tidur terlalu malam yah … Ngga baik”.
Anak: “Ade kan nungguin ayah… Ade pengin ma …” (belum selesai ngomong ayahnya sudah menempelkan jari telunjuknya ke mulut si ade dengan pelan).
Ayah: “Ngga boleh … Sekarang sudah malam, Ade harus tidur … Ayah mau istirahat.”
Anak: “Ayah, ade mau tanya …”
Ayah: “Tanya apa?” ( sambil berjalan masuk rumah )
Anak: “Sehari ayah digaji berapa sih kok pulangnya malam terus?”
Ayah: “Tiga ratus ribu”
Anak: “Kalau satu jam ayah digaji berapa?”
Ayah: Ade hitung sendiri ya … Ayah lagi cape …”
Si Anak pun Tidak Berputus Asa
Lalu si anak lari ke Ibunya, untuk menanyakan hal tersebut. Karena masih umur 6 tahun dan belum pintar berhitung, si anak pun berniat untuk menanyakan kepada ibunya sambil berbisik-bisik. Setelah tahu jawabannya, ia langsung menuju ayahnya.
Anak: “Ayah … Kalau ayah sehari digaji tiga ratus ribu, berarti kalau satu jam ayah digaji uang tiga puluh ribu.”
Ayah: “Pinternya anak ayah … (sambil mengusap kepalanya si anak lalu berkata) Sekarang ade tidur yah …”
Anak: “Ayah … Ayah … Ade pinjem uangnya sepuluh ribu”
Ayah: “Kok malah pinjem uang … Besok saja ya … Sekarang ade tidur dulu, baru besok ayah kasih uangnya.”
Si anak pun berbalik dan berjalan menuju kamar dengan penuh kekecewaan. Melihat hal itu, sang ayah merasa menyesal dan langsung menghampiri si anak di kamarnya. Sambil mengelus-elus, terjadi dialog lagi antara ayah dan si anak.
Ayah: “Kok ade nangis … Ade minta uang? Ade … Inikah sudah malam, ade minta uang buat apa? Uangnya besok saja ya … Sekarang ade tidur, Besok ayah kasih lebih dari sepuluh ribu.”
Anak: “Ade ngga minta uang sama ayah … Ade cuma pinjem kok yah, ntar kalau tabungan ade udah dibuka, ntar ade kembaliin uang ayah …” (sambil mengusap-usap matanya dan dipegangnya uang dua puluh ribu.”
Ayah: “Terus ade pinjem buat apa? Itu ade juga punya uang dua puluh ribu”
Anak: Buat nambahin uang ade biar jadi tiga puluh ribu … Kalau ade punya uang tiga puluh ribu ade bisa beli waku ayah satu jam saja ngga? Biar ade bisa bersama ayah selama satu jam … Ade pengin diajarin menggambar sama ayah , pengin bermain sama ayah …”
Selanjutnya
Ayah pun tersentak hatinya… seolah-olah ada yang menyentuhnya dengan kejujuran yang sangat tulus. Dari cerita ini, semoga para ayah-ayah bisa memberikan waktu khusus untuk keluarga. Kesibukan mencari uang atau mencari kebutuhan dunia memang tidak ada habisnya. Jangan sampai melalaikan orang tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar